Kulit merupakan organ tubuh yang kompleks. Ia terdiri atas beberapa lapisan sel yang selalu meremajakan diri. Kulit yang mati akan terbuang sebagai kulit ari. Pada kulit ari terdapat kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Salah satu fungsi utama kelenjar keringat adalah membantu menjaga suhu tubuh. Ketika udara panas atau bila terjadi demam, terjadi peningkatan aktivitas kelenjar yang ditandai oleh keringat. Dengan demikian, suhu tubuh tetap terjaga.
Biang keringat ini terjadi karena saluran kelenjar keringat tersumbat oleh sel-sel kulit mati yang tidak terbuang sempurna. Keringat yang terperangkap ini memicu munculnya bintik-bintik yang disertai rasa gatal. Biang keringat ini tidak hanya terdapat pada anak-anak atau pada balita, tetapi juga pada orang dewasa. Menurut dr Elandari Sulatomo, SpKK, biang keringat sering tidak dipedulikan oleh orang banyak karena dianggap tidak berbahaya.
Faktor Penyebab
Biang keringat terjadi karena penyumbatan kelenjar atau saluran keringat oleh daki, debu, dan kosmetik. Tidak ada penyebab genetik. Biang keringat biasanya menyerang orang yang tinggal di daerah tropis, yang kelembapannya terlalu tinggi. Di Indonesia, tingkat kelembapannya mencapai 90 persen. Berbeda dengan negara lain, seperti Arab Saudi. Walaupun negara ini beriklim tropis, kelembapannya sangat rendah sehingga tidak keluar keringat, tidak terjadi biang keringat dan tidak ada bintik merah.
Menurut dr Elandari, bintik merah biasanya terjadi pada daerah kulit yang banyak berkeringat, seperti dahi, leher, punggung, dan dada. Orang awam biasanya menyebut bintik-bintik merah yang gatal itu dengan biang keringat atau keringat buntet. Bahasa kedokterannya miliaria. Biang keringat disebabkan oleh panas dan kelembapan yang tinggi pada lapisan atas kulit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keringat keluar berlebihan dan tersumbatnya saluran keringat, yaitu udara panas dan lembap disertai ventilasi ruangan yang kurang baik, pakaian terlalu tebal, dan ketat, aktivitas yang berlebihan dan setelah demam.
Gejala dan Infeksi Sekunder
Secara medis, biang keringat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. Pertama, biang keringat yang terjadi pada lapisan atas (miliaria cyrstallinal). Gejala yang tampak adalah kulit melenting kecil berair dan tampak mengkilap. Biang keringat jenis ini biasanya tidak menimbulkan rasa gatal, tidak berwarna kemerahan dan pecah dengan sendirinya dalam waktu sekitar 1-2 hari sejak kemunculannya. Biang keringat jenis ini bukan merupakan masalah yang membutuhkan penanganan serius.
Kedua, miliaria rubra. Biang keringat jenis ini terjadi di lapisan tengah. Gejalanya adalah kulit berwarna kemerahan, gatal, melenting, berair, perih, dan parut. Bagian tubuh yang banyak mengeluarkan keringat kerap menjadi sasaran empuk miliaria rubra. Jenis biang keringat seperti inilah yang sering ditemui dan membutuhkan penanganan lebih lanjut. "Biasanya ini terjadi pada bayi. Dan bayi akan rewel dan terganggu tidurnya," kata dr Elandari. Dan ketiga adalah liliaria profunda. Biang keringat jenis ini terdapat di lapisan lebih dalam, yaitu antara lapisan dermis dan epidermis. Gejalanya sendiri tidak merepotkan penderita karena hanya berupa bintik kecil berwarna putih, seperti jerawat batu.
Biang keringat, lanjut dr Elandari, dapat menyebabkan infeksi. Karena ada sumbatan, keringat tidak bisa keluar. Tapi karena dorongan dari dalam yang berlangsung terus-menerus, saluran keringat akan pecah, sehingga keringat masuk ke jaringan sekitarnya, sehingga timbullah peradangan. Rasa gatal dan pedih pada miliaria rubra itulah gejala awal terjadinya peradangan. Biasanya orang baru menyadari bahwa ia terkena biang keringat setelah terjadi peradangan.
Munculnya peradangan tidak akan memakan waktu yang lama. Sekitar 1-2 hari sejak pertama muncul. Orang-orang bertubuh gemuk akan mudah terkena biang keringat karena produksinya yang berlebihan. Daerah yang banyak terkena biang keringat biasanya adalah punggung dan leher. Jika tidak segera diobati, akan muncul masalah yang serius. Menggaruk biang keringat dengan kuku tangan yang kotor bisa mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder berupa penanahan. Itu karena bakteri yang terdapat pada kuku masuk ke dalam jaringan.
Pengobatan
Pengobatan yang paling efektif adalah mengurangi faktor penyebab produksi keringat yang berlebihan. Beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain, menaburkan bedak atau talk yang mengandung desinfektan atau pembunuh bakteri. Bisa juga menaburkan bedak yang mengandung bahan-bahan penyejuk dan yang menghilangkan gatal. Dapat pula menggunakan lotion yang mengandung corticosteroid yang kadang-kadang dicampur dengan sedikit mentol. "Kalo sudah terjadi infeksi, paling dikasih obat antibiotik. Tergantung kelainan klinisnya juga. Kalo untuk yang ringan-ringan, ya, itu tadi, kita kasih obat kocok atau talk. Obat yang lokal aja," terang dr Elandari. Pada prinsipnya itu memperbaiki udara saja.
Untuk bayi, pengobatan yang lebih baik adalah dengan sabun cair khusus pada waktu memandikan bayi atau anak yang sedang mengalami biang keringat ini. Sabun cair khusus ini tidak menyisakan partikel. Sementara sabun padat biasanya meninggalkan partikel yang justru dapat menyebabkan biang keringat tidak lekas sembuh.
0 komentar