Hal tersebut didasarkan kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di Inggris. Tim peneliti the University of Athens mencoba untuk menganalisis keterkaitan antara level aktivitas fisik di tempat kerja dan tumbuhnya tumor. Peneliti menganalisa 320 pasien kanker prostat dan dibandingkan dengan kelompok para pria sehat. Seluruh partisipan kemudian ditanyai mengenai tipikal pekerjaan mereka. Terungkap bahwa pria yang bekerja sebagai pegawai, guru, atau pekerja kantoran berisiko lebih tinggi daripada mereka yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berdiri atau bergerak ke sana kemari seperti buruh pabrik, tukang pos, tukang cukur dan tukang roti.
Temuan yang dipublikasikan didalam European Journal of Cancer Prevention itu juga mengungkapkan bahwa pria yang setiap hari bekerja menetap di dalam kantor dapat berisiko 30 persen lebih tinggi terkena kanker prostat dan 40 persen lebih tinggi dapat mengalami kondisi nonkanker yang disebut Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
Setiap pria yang memasuki usia 45 tahun dapat berpeluang mengalami pembesaran kelenjar prostat. Jika pembesaran terjadi secara berlebihan hingga membengkak sebesar buah jeruk, efeknya dapat menekan aliran kemih yang melalui uretra, kondisi tersebut dikenal sebagai BPH.
Kasus BPH diperkirakan terjadi kepada sekitar 15 persen pria usia 40 tahunan dan 60 persen pria yang berusia 50 tahunan. Meskipun tidak mengancam jiwa, lazimnya pasien akan ditangani dengan pembedahan. Setiap tahun di Inggris terdapat 32.000 kasus kanker prostat yang menyebabkan kepada kematian sekitar 10.000 orang. Resiko ini meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sebagai langkah pencegahan, para peneliti menyarankan agar olahraga teratur agar dapat mengurangi risiko kanker prostat.
Kepala penelitian Dr Areti Lagiou mengungkapkan bahwa pada tahun 1997, aktivitas fisik tidak pernah masuk dalam kategori faktor pencegahan kanker prostat. “Bukti menunjukkan manfaat olahraga sebagai salah satu pelindung dari kanker prostat,” ujarnya.
Studi ilmiah yang dilakukan Britain’s Institute of Food Research menyarankan agar diet kaya brokoli yang dapat menghambat pertumbuhan sel-sel tumor dan penyakit kronis lainnya. Kesimpulan ini juga didukung oleh studi terbaru dari tim medis asal Jepang, yang melaporkan bahwa mengonsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan risiko perkembangan kanker, khususnya kanker esophagus (kerongkongan).
Studi yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Jepang tersebut menganalisis bahwa 39.000 pria usia 45-74 tahun. Setelah delapan tahun, 116 partisipan terdeteksi sebagai Esophageal Squamous Cell Carcinoma(SCC), suatu jenis kanker yang umum ditemui pada lelaki di Negeri Matahari Terbit itu.
Kepala Divisi Epedemiologi dan Pencegahan Penyakit di Pusat Kanker Nasional Jepang, Shoichiro Tsugane menduga bahwa kondisi tersebut terkait dengan kebiasaan merokok dan minum-minuman yang beralkohol. Di dalam penelitian yang membagi partisipan pria dalam tiga grup tersebut, ditarik kesimpulan bahwa mereka yang makan buah dan sayuran paling banyak berisiko hampir separuh lebih rendah terkena esophageal SCC dibandingkan kelompok pria yang paling sedikit mengonsumsi sayuran.
Peneliti menyarankan peningkatan konsumsi buah dan sayur 100 gram per hari, yang bermanfaat menurunkan risiko kejadian esophageal SCC sebesar 11 persen. Adapun jenis sayuran yang dianjurkan adalah kubis dan kol.
Diet kaya buah dan sayuran dapat menurunkan hingga sepertiga risiko perkembangan esophageal SCC, meskipun pada pria perokok dan peminum. Akan tetapi, perlu di ingat bahwa sayur dan buah bukanlah ‘penetralisasi’ efek negatif dari rokok dan minuman beralkohol, biasakanlah untuk tidak merokok atau minum minuman beralkohol.
0 komentar