Seperti diketahui, saluran napas bermula dari mulut dan hidung, lalu bersatu di daerah leher menjadi trakea (tenggorok) yang akan masuk ke paru. Di dalam paru, satu saluran napas trakea itu mula-mula akan bercabang dua, satu ke paru kiri dan satu ke paru kanan. Setelah itu masing-masing akan bercabang-cabang lagi sampai 23 kali dan berujung di alveoli, tempat di mana terjadi pertukaran gas, oksigen (O2) masuk ke pembuluh darah dan karbon dioksida (CO2) dikeluarkan.
Ngik-ngik
Nah, secara umum pada asma terjadi penyempitan seluruh saluran napas yang kecil ini. Karena saluran itu menyempit, maka udara yang lewat di saluran menyempit akan berbunyi ngik-ngik. Selain itu, karena saluran napas menyempit, maka pasiennya akan mengeluh sesak napas karena udara pernapasan tidak dapat berjalan lancar.
Sebenarnya penyempitan ini utamanya memang terjadi karena saluran napas yang berbentuk seperti pipa kecil itu mengerut. Tetapi, di pihak lain, pada asma juga terjadi produksi dahak yang berlebihan. Akibatnya, saluran napas yang menyempit karena berkerutnya saluran napas dan akan makin jadi sempit lagi karena ada penumpukan dahak di dalamnya. Penyempitan ini selain menyebabkan sesak napas juga mengakibatkan pasien asma akan mengeluh batuk untuk mengeluarkan dahak yang ada di saluran napasnya.
Jadi, secara umum gejala pasien asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik. Yang juga cukup mencolok adalah seringnya berbagai keluhan ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh. Hal ini terjadi karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi serta berbagai faktor lainnya.
Putri Malu
Sebenarnya dasar ilmiah utama asma bronkial adalah terjadinya peradangan (inflamasi) pada paru pasiennya. Selain itu pada pasien juga terjadi hiperaktivitas saluran napas, artinya saluran napasnya mudah terangsang. Sebagai analogi mungkin dapat dimisalkan bahwa saluran napas pasien asma adalah seperti putri malu, kalau disenggol akan kuncup, sementara saluran napas orang sehat dimisalkan seperti daun mangga yang bila disenggol tidak akan kuncup. Jadi, kalau ada debu beterbangan, misalnya, maka orang asma akan mengeluh sesak, sementara orang sehat-yang saluran napasnya tidak hiperaktif-terkena debu yang sama tidak akan mengeluh apa-apa. Inilah salah satu beda mendasar antara orang asma dengan yang tidak asma.
Daun putri malu baru akan menguncup kalau disentuh. Kalau tidak disentuh dia tetap berkembang. Demikian juga dengan orang asma, harus ada sesuatu yang "menyentuh"-nya. Inilah yang disebut faktor pencetus. Jenis bisa amat beragam, bisa makanan, bisa aktivitas fisik, bisa penyakit tertentu, dan lain-lain. Misalnya, bila ada orang asma yang sakitnya kambuh kalau makan duren, maka duren adalah faktor pencetus untuk orang itu. Dalam hal ini harus diingat bahwa faktor pencetus satu orang berbeda dengan orang lainnya. Artinya, kalau satu orang ternyata asmanya kambuh karena makan ikan tuna, misalnya, maka orang asma lain belum tentu kambuh karena makan ikan yang sama. Karena itu, setiap pasien asma harus jadi detektif untuk mencari faktor pencetus apa yang membuat asmanya kambuh. Lihat dari pengalamannya sendiri selama ini. Tidak terlalu benar pendapat yang mengatakan ada daftar yang tidak boleh dimakan oleh semua penderita asma, belum tentu semua orang sama.
Semprot Aman
Obat untuk menangani asma pada dasarnya dibagi dua, yaitu kelompok pelega (reliever) dan pengontrol (controller). Kelompok pelega bertugas melebarkan saluran napas yang menyempit, disebut sebagai bronkodilator. Kalau mau pakai analogi di atas, maka obat bronkodilator ini membuat daun putri malu yang menguncup jadi mengembang kembali. Yang termasuk obat kelompok pelega antara lain adalah jenis xantin, beta 2 agonis, antikholinergik, dan lain-lain yang dijual dalam berbagai merek dagang di lapangan. Sementara itu, obat pengontrol berfungsi menjaga agar saluran napasnya tidak cepat menyempit, atau kalau bisa tidak menyempit sama sekali walaupun ada faktor pencetus. Kalau pakai analogi di atas maka obat pengontrol bertujuan membuat daun putri malu tidak mudah menguncup kalau disentuh, atau bahkan kalau mungkin membuat dia tidak menguncup sama sekali seperti halnya daun mangga. Yang termasuk obat pengontrol adalah jenis steroid, juga dengan berbagai merek dagang di pasar.
Dapat disampaikan di sini bahwa obat asma yang kini banyak beredar dan dapat dibeli bebas di pasar adalah kelompok pelega. Kelompok pengontrol hanya dapat diberikan dengan resep dokter.
Satu hal lain yang perlu diketahui masyarakat luas adalah cara pemberian obat. Ada beberapa cara pemberian obat asma, yaitu yang diminum, disuntikkan dan disemprotkan/dihisap langsung ke saluran napas. Jadi, katakanlah obat golongan beta 2 agonis dapat diberikan dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan juga yang disemprotkan/ dihisap. Perlu diketahui masyarakat luas bahwa cara pemberian obat asma yang paling baik adalah dengan disemprotkan/dihisap langsung ke saluran napas, apalagi untuk pemberian jangka panjang. Ada beberapa alasan yang mendasarinya.
Pertama, obat yang disemprotkan/ dihisap akan maksud langsung ke saluran napas, jadi efeknya lebih cepat. Kedua, karena masuknya langsung ke saluran nafas maka dosisnya bisa lebih kecil untuk mendapatkan efek yang baik. Ketiga, efek samping obat yang disemprotkan/dihisap akan lebih kecil daripada orang yang diminum. Obat yang diminum akan masuk dulu ke perut, lalu diserap pembuluh darah dan baru diedarkan ke seluruh tubuh dan sebagian ke saluran napas sehingga dosisnya perlu lebih tinggi, efeknya lebih lambat dan efek samping lebih tinggi. Tidak benar pula pendapat sebagian masyarakat yang mengatakan kalau obat yang disemprot/dihisap akan menyebabkan ketagihan, justru cara pemberian secara disemprot/dihisap inilah yang paling baik.
Dukungan Keluarga
Cara pencegahan terbaik tentu dengan mengenal dan menghindari faktor pencetus. Hal ini tentu tidak selalu mudah. Katakanlah pada exercise induced asthma, asma yang dicetuskan dengan aktivitas fisik maka tentu tidak mungkin orang tidak boleh beraktivitas sama sekali. Untuk keadaan seperti ini mungkin dapat diberikan dulu obat pelega sebelum melakukan aktivitas.
Cara lain adanya tentunya dengan memberi obat pengontrol. Hanya saja saat ini obat pengontrol yang baik adalah kelompok steroid yang harus diberikan dalam jangka lama, mungkin beberapa tahun dan karena itu harus diberikan dalam bentuk disemprot/ dihisap. Pasien juga dapat melakukan senam asma yang kini telah dikembangkan di Indonesia.
Untuk asma ini juga harus dibina dengan baik antara dokter, pasien dan keluarga. Dukungan keluarga amat penting untuk mengendalikan asma seorang pasien. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang seluk-beluk asma akan jadi pilar penting pula dalam keberhasilan mengendalikan asma pada seorang pasien.
Tjandra Yoga Aditama - www.suarapembaruan.com
0 komentar