Antibodi antifosfolipid merupakan salah satu faktor risiko trombosis dimana darah di dalam tubuh cenderung kental dan mudah membeku sehingga dapat menyebabkan sumbatan di dalam pembuluh darah nadi (arteri) maupun pembuluh darah balik (vena). Keberadaan antibodi terhadap fosfolipid ini dapat diketahui melalui pemeriksaan antibodi dalam darah dengan mendeteksi adanya Antibody Anticardiolipin (ACA) dan Lupus Anticoagulan (LA). Adanya antibodi ini pada seseorang tidak serta merta atau tidak secara absolut menunjukkan bahwa akan terjadi pembekuan darah, namun kemungkinan terjadinya pembekuan darah akan lebih besar daripada orang lain. Banyak individu dengan antibodi ini tidak mengalami sumbatan pembuluh darah (trombosis), ada yang baru akan mengalami gejala akibat trombosis suatu saat kemudian, namun ada pula yang menunjukkan gejala sindrom darah kental ini di usia muda. Seseorang harus memenuhi beberapa kriteria tertentu untuk didiagnosis menderita sindrom darah kental.
Terdapat sejumlah penyebab kecenderungan terjadinya pembekuan darah selain sindrom ini. Perlu pula diketahui faktor lain yang dapat menimbulkan trombosis seperti merokok, imobilisasi (tirah baring lama akibat sakit, perjalanan panjang dengan kendaraan/pesawat lebih dari 6 jam, dan sebagainya), dehidrasi, obat kontrasepsi hormonal, dan penyakit autoimun lain. Selain itu, terdapat kecenderungan genetik atau keturunan dalam kasus darah kental.
Akibat darah kental, pasokan darah yang membawa oksigen, zat-zat nutrisi, dan lain-lain ke organ dan jaringan di dalam tubuh dapat berkurang bahkan terhenti sama sekali, -tergantung pada tingkat keparahan kelainan tersebut-, sehingga menimbulkan gangguan pada berbagai organ di dalam tubuh. Gejala pada otak berupa sakit kepala atau migren berulang, vertigo, kejang, daya ingat menurun, bahkan strok yang tidak lazim pada usia 40-an. Gejala pada mata dapat menyebabkan penglihatan kabur hingga buta mendadak. Pada telinga dapat terjadi pendengaran berkurang bahkan tuli mendadak. Gejala pada jantung dapat berupa serangan jantung. Organ lain seperti ginjal, hati, paru-paru juga dapat mengalami trombosis, demikian pula pada kulit dan vena dalam di lengan atau kaki.
Khusus pada perempuan, sindrom ini dapat menyebabkan kesuburan berkurang, keguguran berulang, janin tidak berkembang bahkan meninggal dalam kandungan, preeklamsia-eklamsia, dan trombosis vena kaki pada saat mulai menggunakan alat kontrasepsi hormonal (misalnya pil KB). Pada masa kehamilan darah secara alamiah menjadi sedikit lebih kental dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini ditambah dengan adanya antibodi antifosfolipid akan menyebabkan darah sulit mencapai pembuluh-pembuluh darah kapiler yang kecil di ari-ari (plasenta), mengakibatkan aliran darah ke janin berkurang sehingga dapat terjadi keguguran dan kematian janin.
Sindrom darah kental dapat diobati. Obat-obatan yang lazim digunakan adalah Aspirin dosis rendah (75-100 mg/hari), Warfarin, dan Heparin (Unfractionated Heparin/UFH atau Low Molecular Weight Heparin/LMWH). Aspirin dosis rendah efektif untuk mengurangi kelengketan trombosis, sedangkan Warfarin dan Heparin bermanfaat untuk mengencerkan darah (antikoagulan).
Warfarin berupa tablet yang diminum. Dosis Warfarin yang diberikan pada penderita ditentukan secara uji coba dengan titrasi sampai didapatkan dosis yang dapat membuat darah menjadi encer tetapi tidak menyebabkan komplikasi perdarahan. Pengukuran yang digunakan adalah International Normalized Ratio/INR) yang membandingkan darah pasien dengan darah normal, semakin tinggi rasio, darah semakin kurang kental (semakin encer). Pengukuran INR tersebut dilakukan secara berkala dan dicatat dalam kartu catatan khusus mengenai dosis antikoagulan dan hasil INR. Umumnya diharapkan target INR antara 2-3.
Heparin, baik UFH maupun LMWH, diberikan lewat suntikan/injeksi. LMWH dapat disuntikkan sendiri oleh penderitanya dengan mudah menggunakan jarum suntik kecil yang telah tersedia dalam paket obatnya. Heparin digunakan pada tiga kondisi utama, yakni segera setelah terjadinya trombosis karena mula kerjanya cepat, menjelang operasi atau melahirkan karena kerja obat dapat dihentikan dan dimulai lebih cepat daripada Warfarin, dan digunakan bila diperlukan pada kehamilan karena Warfarin dapat berbahaya dan bersifat racun bagi perkembangan janin pada masa kehamilan tertentu.
0 komentar