Dosen dan peneliti Teknologi Industri Pertanian (TIP) Universitas Brawijaya, kandidat doktor Teknologi Industri Pertanian IPB
Ketika pemerintah berusaha mengarahkan jajanan sekolah agar aman, ditemukan roti wafer kedaluwarsa yang dicampur cokelat di Sidoarjo. Bahkan ditemukan bahan roti kedaluwarsa 5 ton (Surya, 04/03/2010). Mayoritas dijual kepada anak-anak.
Dengan omzet sedikitnya Rp 27 juta per minggu, pasarnya pun luas. Meliputi Situbondo, Probolinggo, Banyuwangi, Madura, dan daerah lain, terutama di pedesaan. Bagaimana kita menyikapinya?
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (UU Nomor Tahun 1996 tentang Pangan). Singkatnya, pangan yang aman tidak mengandung bahaya biologi atau mikrobiologi, kimia, dan fisik. Kontaminasi ini dapat berasal dari bahan mentah sampai siap dikonsumsi.
Rendahnya keamanan jajanan anak bukan hal baru. Hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada jajanan anak sekolah di 4.500 sekolah dasar di Indonesia menunjukkan, 3-20 persen mengandung bahan kimia berbahaya. Bahan kimia tersebut adalah boraks, formalin, dan pewarna tekstil.
Boraks atau asam borat bersifat antiseptik untuk detergen. Jika tertelan mengakibatkan gangguan pencernaan, kerusakan ginjal dan kegagalan sistem sirkulasi. Bahan ini sering digunakan membuat bakso, mi basah, dan kerupuk.
Formalin, sebagai desinfektan, sering disalahgunakan untuk mengawetkan tahu dan mi basah. Bahan ini mengakibatkan diare, sakit kepala, serta kerusakan hati, jantung, dan otak. Pewarna sintetis untuk tekstil Rhodamin B (merah) dan Methanil Yellow (kuning) sering digunakan pembuatan saus, krupuk dan kue, mengganggu saluran cerna dan fungsi hati.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram juga menemukan sebagian jajanan di kantin sekolah tidak memenuhi syarat mutu. Pada 2009, hasil sampling 16 SD di Kota Mataram dengan 101 sampel jajanan berupa minuman berwarna, es krim, mi, bakso, gorengan, dan makanan ringan, 57 sampel memenuhi syarat dan 44 lainnya tidak.
Ada 32 sampel tidak memenuhi syarat mutu karena melebihi batas maksimal kadar pemanis buatan (siklamat) dan jumlah mikroba, serta mengandung boraks. 12 sampel tidak memenuhi syarat label.
Secara nasional kejadian luar biasa (KLB) di sekolah tahun 2006, ada 34 kasus keracunan siswa atau 21,79 persen dari 156 kasus KLB di 25 provinsi. Inilah wujud minimnya keamanan pangan yang belum memerhatikan sanitasinya. Ibarat gunung es, tentu banyak kasus yang tak terlaporkan.
Cerdas Memilih Jajanan
Salah satu penyebab masalah kesehatan adalah perilaku. Karena itu, pemerintah mengembangkan program perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Di antara indikator PHBS di institusi pendidikan secara nasional ialah mengonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah.
Mengarahkan anak untuk memilih jajanan sehat tidak gampang. Namun, ini mutlak dilakukan orangtua dan pihak sekolah. Hal ini dapat dimulai dengan mengenalkan jenis zat berbahaya yang biasa ada pada jajanan di sekitar sekolah.
Tips menanamkan anak memilih jajanan yang aman di antaranya berikut ini. Pertama, katakan pada si kecil untuk memilih makanan yang tidak berwarna ngejreng atau mencolok. Sangat mungkin ini bukan pewarna makanan, tetapi pewarna tekstil. Biasanya digunakan untuk kerupuk dan saus sambal.
Kedua, biasakan anak bertanya pada pedagang. Ini akan meningkatkan kepedulian anak dan pedagang pada keamanan pangan. Mungkin dengan cara ini memotivasi pedagang meninggalkan kebiasaan buruk yang mereka lakukan.
Ketiga, ajarkan anak memerhatikan kemasan dan labelnya. Jika kemasan plastik kempes, kaleng cembung ke luar atau cekung ke dalam diduga isinya rusak. Produk diduga aman jika terdapat nama produk, komposisi bahan, berat bersih, nama dan alamat produsen atau importir, masa kedaluwarsa, dan nomor pendaftaran (MD, ML,ST, atau P-IRT.
Keempat, kalau mungkin bujuk anak agar tidak jajan di sekolah jika tidak terpaksa. Sarapan pagi perlu dibiasakan pada anak. Meski sedikit merepotkan orangtua, lebih aman dibawakan bekal dari rumah untuk dibawa ke sekolah.
Kelima, pilih makanan bersih dengan melihat tempat sekitarnya. Bila tempat kotor, banyak serangga atau lalat beterbangan, serta menempel di makanan maka berbahaya bagi
Perlu Upaya Sistemik
Meski sangat berguna, tentu tidak cukup mengajarkan anak tips memilih jajanan yang aman. Secara sistemik dan terintegrasi kita harus membenahi keamanan jajanan anak dan pangan di masyarakat. Hal ini perlu sinergi antara orangtua, anak didik, sekolah, dan pihak-pihak terkait, termasuk penjual jajanan anak.
Orangtua dan pendidik dapat memberi contoh dengan tindakan riil. Tentu kesadaran keduanya akan pentingnya keamanan pangan perlu selalu ditingkatkan. Anak didik diarahkan dan didorong untuk mengonsumsi produk yang aman.
Sementara itu, sekolah dan kementerian pendidikan bekerja sama dengan kesehatan dan BPOM perlu mengintensifkan program inspeksi pada jajanan sekolah. Demikian juga Program Piagam Bintang Satu Keamanan Pangan di kantin sekolah untuk meningkatkan pengetahuan pengelola kantin sekolah dalam bidang keamanan pangan perlu secara konsisten didorong karena membawa mikroba jahat penyebab penyakit.
Produsen dan penjual jajanan anak berupa industri kecil dan rumah tangga mutlak terus-menerus dibina agar turut bertanggung jawab menyediakan pangan yang memenuhi syarat keamanan. Demikian juga industri menengah dan besar.
0 komentar