Sebelumnya, penelitian serupa juga dilakukan Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB. Sampel diambil secara acak di 10 kota besar, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Denpasar. Hasilnya serupa, sekitar 16 persen sampel air minum depot isi ulang yang diteliti ternyata terkontaminasi bakteri coliform. Bakteri coliform memang merupakan parameter mikrobiologis terpenting atas kualitas air minum. Jenis bakteri ini sebetulnya tidak berbahaya secara langsung. Hanya saja, biasanya bakteri ini berada di tinja, sehingga bisa dibayangkan tingkat sanitasi airnya.
Indikator apakah air itu layak minum atau tidak, memang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Namun, ada beberapa indikator yang bisa dipakai. Dari segi fisik, misalnya, apakah air jernih atau tidak, berwarna atau tidak, berbau atau tidak. Air juga tidak boleh berasa apapun. Juga perlu dilihat apakah ada sesuatu yang mengapung, jika iya sebaiknya tidak usah diminum.
Untuk mengetahui secara persis apakah air layak minum atau tidak, memang hanya bisa dilakukan melalui pengujian laboratorium. Karena itu, menurut Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc., Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Depkes, masyarakat sebaiknya berhati-hati. "Belilah di depot air minum yang bersih dengan membawa botol atau wadah yang bersih pula. Cek juga, apakah Depot Air Minum punya Sertifikat Analisis terbaru bagi produknya, jangan beli di depot yang kelihatan kotor, tidak terurus dan di lingkungan kumuh."
Selain itu, untuk mengantisipasi resiko terkontaminasi bateri, sebaiknya air direbus dulu sampai mendidih, lalu diamkan minimum 2 menit, agar bakteri benar-benar mati.
|
<> Referrensi tabloidnova.com |
0 komentar