Satu laporan di Jurnal Asosiasi Medis Kanada mencoba menjawab pertanyaan ini. Jadi, apa yang Anda ketahui tentang sindrom TATT (tired all the time atau lelah sepanjang waktu)?
Selama dua tahun Dr. Henk de Vries dan koleganya di Belanda menguji 571 pasien yang mengeluh kelelahan, letih atau tidak enak badan. Mereka melaporkan bahwa 10 persen dari pasien dokter Belanda tersebut mengeluh kelelahan. Dari angka ini, 46,9 persen diberikan lebih dari satu diagnosis yang berkaitan dengan keluhannya.
Diagnosis penyakit cukup beragam, namun yang utama adalah masalah musculoskeletal (tulang, otot, ligamen, tendon, dan sendi) 19,4 persen, infeksi 18,2 persen dan masalah psikologis 16,5 persen. Sisanya, variasi masalah lain seperti masalah tidur dan pencernaan. Peneliti juga mencatat bahwa kelelahan juga sering dihubungkan dengan masalah sosial.
Namun seberapa sering dokter menemukan penyakit penting pada pasien yang mengeluh kelelahan?
Untungnya, mereka menemukan hanya sedikit pasien yang memerlukan pengobatan untuk kardiovaskular, endokrin, penyakit yang berkaitan dengan darah atau kanker.
Namun dalam laporannya, Dr. Henk de Vries mengakui bahwa —paling tidak— setengah dari pasien, tidak mungkin untuk menemukan diagnosis medis yang menjelaskan kelelahan mereka.
Studi Belanda ini bukan yang pertama melaporkan perluasan atas kelelahan. Misalnya, beberapa tahun lalu peneliti Inggris menemukan bahwa satu dari dua belas orang yang berkonsultasi dengan dokter keluarga menderita kelelahan. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa satu dari enam pasien mengeluhkan gejala ini. Saya tidak mengetahui studi dari Kanada yang meneliti kelelahan, namun pastinya keluhan ini merupakan keluhan umum.
Saat ini, saya melihat semakin banyak pasien yang mengeluhkan apa yang disebut gejala TATT. Jumlah yang cukup besar dari kelelahan ini muncul berkaitan dengan kondisi krisis ekonomi, berkaitan dengan ketidakjelasan tentang kelangsungan pekerjaan mereka, atau akibat tekanan keluarga. Namun apapun penyebabnya, kecemasan yang konstan menghabiskan energi yang cukup besar dan hanya menyisakan sedikit untuk aktivitas setiap hari.
Masalah utama yang dihadapi para dokter adalah mengetahui kapan kelelahan memerlukan lebih dari pendengar yang simpatik. Terkadang diagnosis terlihat jelas ketika uji darah menunjukkan pasien menderita diabetes atau anemia kronis. Atau ketika seorang pasangan pergi meninggalkan dirinya bersama seorang sahabat baik atau ketika anjing kesayangan mati.
Namun bendera tanda bahaya perlu dikibarkan jika seseorang yang selalu penuh energi dan vitalitas tiba-tiba menderita kelelahan. Ini ketika dokter berusaha keras untuk menentukan jika penyebab pokok penyakit memang ada.
Masalah yang paling sulit bagi para dokter berhubungan dengan pasien yang telah diuji dengan setiap tes di buku teori, namun studi masih belum dapat menunjukkan arah masalah yang tepat, dan mereka terus mengeluhkan sindrom TATT.
Selalu ada dilema bagi dokter untuk mengatakan, "Saya tidak mengetahui diagnosisnya." Ini tidak bagus bagi egonya, dan juga tidak ada dokter yang ingin diagnosisnya keliru. Namun tidak menyebutkan diagnostik yang spesifik juga tidak dapat diterima oleh pasien. Non-diagnosis meninggalkan ketidakjelasan, tanpa ada hal apapun bagi pasien untuk mengangkat topinya.
Itulah mengapa baru-baru ini saya katakan pada pasien, "Diagnosis Anda adalah TATT. Anda adalah TATT karena masalah pernikahan dan sosial, dan masalah-masalah ini merampas kehidupan Anda. Kelelahan Anda menderita TATT tidak akan sembuh dengan pengobatan apapun. Jadi tidak ada pilihan bagi Anda untuk tetap hidup dengan TATT ini, sampai masalahnya diselesaikan. Untungnya Anda tidak perlu mencemaskan adanya masalah serius yang mengikutinya."
Saya juga melihat adakalanya pasien yang cocok dengan gambaran Frederick Lewis Allen, editor dan sejarawan, yang mengatakan, "Saya seringkali menemukan bahwa fakta gejala kemalasan dan kelelahan praktis identik." Ini mungkin terdengar tidak enak, namun saat ini saya melihat semakin banyak orang yang jika diberikan pilihan untuk tidur atau bekerja, lebih memilih tidur. (Dr. John Briffa/The Epoch Times/feb) Drbriffa.com
0 komentar